tujuan pembelajaran khusus
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Dalam
pembelajaran perlu ada tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pembelajaran khusus
termasuk langkah yang menjadi pengarah dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
sebagai pengarah dalam penggambaran tentang pengetahuan, keterampilan, dan
sikap khusus yang harus dimiliki warga belajar seletah menyelesaikan suatu
program pembelajaran. Dengan dasar alasan di atas, tujuan pembelajaran khsusus
sebagai pengarah, maka perencana pembelajaran berkewajiban memiliki
keterampilan merencanakan karakteristik tujuan tersebut dengan tepat.
Berdasarkan hasil pengamatan, masih ada rumusan tujuan pembelajaran khusus yang
disusun perencana pengajaran yang belum memenuhi karakteristik. Dalam
rumusannya, komponen dan kriteria tujuan pembelajaran khusus dilalaikan.
Kelalian itu berdampak terhadap esensial tujuan yang ingin dicapai. Apabila
demikian keadaannya, maka fungsi tujuan pembelajaran khusus sebagai pengarah
akan pudar. Calon guru/pengajar dipandang perlu memiliki keterampilan mengenai
penulisan tujuan pembelajaran, terlebih-lebih terampil melaksanakan tujuan pembelajaran
khusus yang telah disusunnya.
B. Rumusan
masalah
Rumusan masalah terhadap makalah ini yakni :
1. Apa
pengertian dari tujuan pembelajaran khusus ?
2. Apa
contoh dari tujuan pemberlajaran khusus ?
3. Apa
yang menjadi tujuan pembelajaran khusus ?
4. Bagaimana
cara mengaplikasikan tujuan pembelajaran khusus ?
C. Tujuan
penulisan makalah
Adapun
yang menjadi tujuan penulisan makalah
ini adalah :
a. Agar
mahasiswa dapat mengerti tujuan pembelajaran khusus
b. Agar
mahasiswa dapat mengerti contoh tujuan pembelajaran khusus
c. Agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan tujuan pembelajaran khusus.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.1.
Pengertian
tujuan pembelajaran khusus
Tujuan
instruksional khusus (TIK) menurut pandangan GBPP Kurikulum 1994 diistilahkan
dengan tujuan pembelajaran khusus, menurut pandangan kurrikulum KBK
diistilahkan indikator. Kata instruksional dipadankan dengan kata
pembelajaran. Padanan tersebut tidak mengurangi pengertian yang dikandungnya.
Tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus, indikator) ialah
tujuan yang berisikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dimiliki warga belajar setelah mengikuti suatu pembelajaran. Tujuan pendidikan
nasional ialah tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa secara nasional,
sesuai dengan rumusan tujuan yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
"mencedarkan kehidupan bangsa" dan dituangkan dalam GBHN.Tujuan
instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus) muncul dengan upaya perencana
pembelajaran/guru/ pengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan instruksional
khusus perubahan pembelajaran tidak ada dalam GBPP Rumusan tujuan instruksional
khusus dirumuskan sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan instruksional khusus
adalah tujuan yang memberikan kriteria tentang:
1) kemajuan
belajar warga belajar secara pasti.
2) gambaran
kemampuan/keterampilan yang diharapkan.
3) mengembangkan
alat evaluasi untuk mengukur efektivitas pengajaran.
4) petunjuk penentuan
materi dan teknik pembelajaran.
5) petunjuk bagi
warga belajar untuk mempelajari bahan yang akan diujikan.
Dengan
demikian, tujuan instruksional khusus merupakan petunjuk yang jelas untuk
menentukan materi pembelajaran, sumber, alat/media, kegiatan belajar mengajar,
dan evaluasi.
1.2.
Karakteristik
tujuan pembelajaran khusus
Karakteristik
yang dimiliki tujuan instruksional khusus tergambar pada komponen dan kriteria
yang dimilikinya. Komponen dan kriteria itu dijelaskan di bawah ini.
a. Komponen
Komponen
(bagian-bagian) yang membangun sebuah tujuan instruksional khusus terdiri atas
empat komponen. Komponen yang dimaksud ialah ABCD. ABCD singkatan dari Audience,
Behavior, Condition dan Degree.
1. Audience
Audience, yaitu siswa (warga
belajar, peserta didik) yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dirumuskan
dalam TPK/TIK (Tujuan Pembelajaran Khusus/Tujuan Instruksional Khusus/
Indikator).Warga belajar berkedudukan sebagai pelaku, yang harus melaksanakan
kata kerja operasional yang ditulis dalam tujuan instruksional khusus. Baik
kata kerja operasional yang tercakup ke dalam kawasan pengetahuan, kata kerja
operasional yang termasuk ke dalam lingkup keterampilan, maupun kata kerja yang
termasuk ke dalam bidang sikap. Audience ketika melakukan kata kerja
operasional bisa secara indivual, bisa juga secara kelompok. Hal ini tergantung
kepada penentu sebuah rumusan tujuan bahan yang dijarkan.
Contoh
audience:
- Siswa kelas I SMP
- Peserta penataran
- Peserta penyuluhan.
- Siswa kelas I SMP
- Peserta penataran
- Peserta penyuluhan.
2. Behavior
Behavior, yaitu tingkah laku
atau kegiatan warga belajar (siswa, peserta didik). Tingkah laku yang
diharapkan dapat dikerjakan oleh warga belajar setelah berakhir program
pengajaran tertentu. Tingkah laku (behavior) dalam tujuan instruksional
khsusus dinyatakan dengan kata kerja operasional, yang menunjukkan ting tingkah
laku yang dapat diamati atau dapat diukur. Kegiatan kata kerja operasional
dalam keterampilan berbicara bisa dilaksanakan secara individual dan secara
kelompok.
Kegiatan secara individual, seperti memperkenalkan
diri, menjelaskan cara membuat sesuatu, mengemukakan fakta, melaporkan isi
bacaan, mengemukakan komentar, menceriterakan sesuatu, dan berceritera
berantai. Kegiatan secara kelompok, seperti mengadakan latihan wawancara
(kelompok), mengadakan latihan dialog, melakukan diskusi, dan mengadakan
latihan pemeranan/penokohan.
Contoh
behavior :
-
dapat menyebutkan dua contoh kata benda
-
dapat menuliskan satu definisi kalimat majemuk
-
dapat menerangkan komponen TIK/TPK.
3.
Condition
Condition,
yaitu keadaan yang berupa syarat, kondisi yang harus dipenuhi pada saat tingkah
laku (kata kerja) dilakukan warga belajar ketika perbuatan tersebut dievaluasi.
Syarat yang menjadi
kondisi itu seperti
=> ketentuan: -
dengan menggunakan kamus
- dengan menggunakan peta
=>
larangan: -tidak bekerja sama
- tidak membuka buku/catatan
=>
kebolehan/izin: - sambil mendengarkan radio kaset
- sambil menggunakan naskah.
Syarat
seperti di atas sering diabaikan oleh pembuat TIK/TPK yang tidak memperhatikan
komponen kondisi. Hal ini membingungkan para pengawas, atau memberi
peluang kepada penjawab soal evaluasi, seperti bolehkah membuka buku/catatan,
bolehkah bekerja sama, boleh menggunakan kamus, dsb. Kebingungan tersebut
terjadi karena perencana TIK/TPK tidak menggunakan komponen kondisi.
Contoh condition:
-
tanpa melihat buku atau catatan.
- tidak bekerja sama
- tidak diberi tahu teman.
- tidak bekerja sama
- tidak diberi tahu teman.
4. Degree
Degree,
yaitu tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi, standar atau ukuran yang
menunjukkan bahwa siswa telah mencapai tujuan khusus. Mencapai tujuan berarti
melakukan kata kerja operasional dengan benar. Ada kemungkinan perumus TIK/TPK
ada agak segan merumuskan sampai dengan condition dan degree.
Padahal condition dan degree akan memberikan penjelasan yang
berarti dan akan memberikan informasi lebih baik mengenai tujuan yang hendak
dicapai.
Contoh
degree:
- dengan tanpa membuat kesalahan
- dengan benar
- dengan tidak salah.
- dengan tanpa membuat kesalahan
- dengan benar
- dengan tidak salah.
b. Kriteria
Kriteria berarti ukuran yang menjadi dasar
penetap-an sesuatu. Dalam hal ini ukuran petepan tujuan instruksional khusus
yang baik. Kriteria TIK/TPK ada empat, yaitu menggunakan istilah yang
operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan mengandung
satu jenis tingkah laku.
1.
Istilah yang operasional
Tujuan pembelajaran khusus harus menggunakan istilah
yang operasional, yakti kata kerja yang dapat diukur, dapat diobservasi
perlakuannya.
Contoh: Kata menyebutkan dapat diukur dan
dapat diobservasi. Dapat dibandingkan
dengan kata menghayati Kata menuliskan dua contoh dapat
diukur dan dapat diobservasi. Bandingkan dengan kata memahami. Kata mendefinisikan
dapat diukur dan dapat diobservasi. Bandingkan dengan kata memahami.
2.
Hasil
belajar
Tujuan pembelajaran khusus harus merumuskan sesuatu
yang diajarkan. TIK/TPK tidak mengukur hal yang dipelajari perumus, tetapi
mengukur hal yang dipelajari warga belajar. Oleh karena itu, yang dirumuskan
dalam TIK/TPK adalah hasil belajar.
3.
Tingkah
laku
Tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan harus
berbentuk tingkah laku yakni Tingkah laku yang dapat diamati dan Tingkah laku
yang dapat diukur.
4.
Satu
jenis tingkah Laku
Tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan harus
satu jenis tingkah laku, tidak boleh dua tingkah laku yang berbeda. Kalau
menggunakan kata yang berbentuk tingkah laku menyebutkan, maka jangan
diikuti dengan kata yang berbentuk tingkah laku lain menuliskan. Apabila
menghendaki dua jenis tingkah laku, maka rumuskan dalam dua Tujuan pembelajaran
khusus.
1.3.
Syarat
– syarat tujuan pembelajaran khusus
Seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional / pembelajaran
Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional / pembelajaran Umum.
Dalam perumusan Tujuan Instruksional/pembelajaran Khusus harus memperhatikan
rambu- rambu sebagai berikut.
a.
Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar.
Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru
mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan
Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri
demokrasi”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan
merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran.
b.
Perangkat Tujuan Instruksional
Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif.
artinya
kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari
jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga
Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional
Khusus adalah dapat menjelaskan, memberi
contoh dan dapat menggunakan.
c.
Kemampuan yang dituntut dalam
rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa.
d.
Banyaknya Tujuan Instruksional
Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk
mencapainya.
1.4.
Ranah
kognisi
Tujuan
pembelajaran secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga ranah (bagian
perilaku manusia), yakni ranah kognisi (pengetahuan), ranah afeksi (sikap), dan
ranah psikomotor (keterampilan). Masing-masing ramah memiliki pembagian. Ranah afeksi
(sikap) mencakup RRVOC, yakni Receiving (kemauan
menerima), Responding (kemauan menanggapi), Valuing
(berkeyakinan), Organization (penerapan karya), dan Characterization
by a value or value complex (ketelitian/ ketekunan). Ranah psikomotor (keterampilan)
meliputi PSGMCAO, yakni perception (persepsi), set (kesiagaan),
guided response (respons terarah), mechanism (mekanisme), complex
overt response (respon nyata yang kompleks), adaptation (adaptasi),
dan organizing (penciptaan yang baru).
Ranah
kognisi (pengetahuan) membawahi RCAASE, yakni Ricall (ingatan),
Comprehention (pemahaman), Application (penerapan),
Analysis (analisis), Synthesis (sintesis),
dan Evaluation (evaluasi).
1.5.
Kata
kerja operasional
Setiap
bagian ranah memiliki beberapa kata kerja operasional. Kata kerja operasional
itu digunakan dalam perumusan tujuan instruksional khusus. Pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, rahan yang biasa digunakan ialah ranah kognisi.
Ranah psikomotor jarang (bahkan tidak) digunakan. Hal ini didasari pertimbangan
bahwa ada bagian ranah kognisi yang dapat mewakili ranah psikomotor. Begitu
pula ranah afektif jarang (bahkan tidak) digunakan secara khusus. Dengan
pertimbangan pengukurannya tidak mudah.
Kata
kerja operasional yang lazim digunakan dalam setiap kawasan kognisi ditulis di
bawah ini.
a. Recall
(C-1) atau ingatan, di antaranya:
·
Mendefinisikan.
·
Menyebutkan.
·
Menuliskan.
·
Mengidentifikasi.
·
memberi nama.
·
Mencocokkan.
·
Menamakan.
·
membuat garis besar .
·
Menyatakan.
·
Memilih.
b. Comprehention
(C-2) atau pemahaman, di antaranya:
Ø Mengubah.
Ø Mempertahankan.
Ø Membedakan.
Ø Memperkirakan.
Ø Menjelaskan.
Ø menyatakan
secara luas.
Ø menarik
kesimpulan umum.
Ø menuliskan
dengan kata-kata sendiri.
Ø Meramalkan.
Ø Menyimpulkan.
c. Application
(C-3) atau penerapan, di antaranya:
ü Menggunakan.
ü Menghitung.
ü Mendemonstrasikan.
ü Menemukan.
ü Mengerjakan
dengan teliti.
ü Membuat
modifikasi.
ü Menjalankan
ü Meramalkan
ü Menyediakan
ü Menghasilkan
ü Menghubungkan
ü
Menunjukkan
ü
Memecahkan
d.
Analysis (C-4) atau
analisis, di antaranya:
Ø Menguraikan.
Ø Merinci.
Ø Memecahkan.
Ø Membuat
diagram.
Ø Membeda-bedakan.
Ø Memisah-misahkan
Ø Membedakan.
Ø Menggambarkan
Ø Menarik kesimpulan
Ø Menunjuk
Ø Menghubungkan
Ø Memisahkan
Ø Menyusun.
e.
Synthesis (C-5) atau
sintesis, di antaranya:
Ø Menyimpulkan.
Ø Menggolong-golongkan.
Ø Menggabungkan
Ø Menghimpun
Ø Mencipta
Ø Mencipta
rencana
Ø Merancang.
Ø Menjelaskan
Ø Membangkitkan
Ø Mengorganisir
Ø Merencanakan
Ø Merevisi
Ø Menulis
kembali
Ø Menyatakan.
f.
Evaluation (C-6) atau
evaluasi, di antaranya:
Ø Menilai.
Ø Memperbandingkan.
Ø Menyimpulkan.
Ø Mempertentangkan.
Ø Mengkritik.
Ø Melukiskan.
Ø Membeda-bedakan.
Ø Menjelaskan.
Ø Mempertimbangkan
kebenaran.
Ø Menghubungkan.
Ø Menyokong.
1.6.
Contoh
penerapan tujuan pembelajaran khusus
Siswa kelas
XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam
kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli. Dari TPK ini komponen dimana sisiwa merupakan komponen Audience,
dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan
komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition.
Berikut diberikan contoh merumuskan
suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : XI/2
Kompetensi dasar : Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok : Fluida
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : XI/2
Kompetensi dasar : Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok : Fluida
Indikator pencapaian hasil belajar :
1. Memformulasikan hukum dasar fluida statik
2. Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari
3. Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik
4. Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari
Kemudian
indikator-indikator dirinci kembali menjadi TPK-TPK yang dapat dijadikan
patokan untuk melaksanakan program pembelajaran.
Contoh TPK
yang dapat dibuat berdasarkan empat indikator di atas, yaitu:
Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa kelas XI SMA akan dapat :
Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa kelas XI SMA akan dapat :
1. Menyebutkan minimal 2 hukum dasar Fluida statik
2. Menjelaskan hukum utama hidrostatika dengan benar.
3. Menjelaskan tekanan hidrostatika dengan benar
4. Menjelaskan hukum Pascal dengan benar
5. Memberikan minimal 2 contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari
6. Menjelaskan hokum Archemedes dengan benar
7. Memberikan minimal 2 contoh hukum Archemedes dalam kehidupan sehari-hari
8. Menjelaskan masalah benda mengapung, melayang dan tenggelam.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan instruksional khusus termasuk langkah yang
menjadi pengarah dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan instruksional sebagai
pengarah dalam penggambaran tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap khusus
yang harus dimiliki warga belajar seletah menyelesaikan suatu program
pembelajaran. Calon guru/guru/pengajar dipandang perlu memiliki keterampilan
mengenai penulisan tujuan instruksional, terlebih-lebih terampil melaksanakan
tujuan instruksional khusus yang telah disusunnya. Tujuan instruksional khusus (tujuan
pembelajaran khusus) ialah tujuan yang berisikan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki warga belajar setelah mengikuti
suatu pembelajaran.
Karakteristik yang dimiliki tujuan instruksional
khusus tergambar pada komponen dan kriteria yang dimilikinya. Komponen
(bagian-bagian) yang membangun sebuah tujuan instruksional khusus terdiri atas
empat komponen. Komponen yang dimaksud ialah ABCD. ABCD singkatan dari Audience,
Behavior, Condition dan Degree. Kriteria TIK/TPK ada empat, yaitu
menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk
tingkah laku, dan mengandung satu jenis tingkah laku. Tujuan pembelajaran
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga ranah (bagian perilaku
manusia), yakni ranah kognisi (pengetahuan), ranah afeksi (sikap), dan ranah
psikomotor (keterampilan).
Masing-masing ramah memiliki pembagian. Ranah afeksi
(sikap) mencakup RRVOC, yakni Receiving (kemauan
menerima), Responding (kemauan menanggapi), Valuing
(berkeyakinan), Organization (penerapan karya), dan Characterization
by a value or value complex (ketelitian/ ketekunan). Ranah psikomotor (keterampilan)
meliputi PSGMCAO, yakni perception (persepsi), set (kesiagaan),
guided response (respons terarah), mechanism (mekanisme), complex
overt response (respon nyata yang kompleks), adaptation (adaptasi),
dan organizing (penciptaan yang baru). Ranah kognisi (pengetahuan)
membawahi RCAASE, yakni Recall (ingatan), Comprehention
(pemahaman), Application (penerapan), Analysis
(analisis), Synthesis (sintesis), dan Evaluation
(evaluasi). Setiap bagian ranah memiliki beberapa kata kerja operasional.
Kata kerja operasional itu digunakan dalam perumusan tujuan instruksional
khusus.
Daftar pustaka
Ø Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum: GBPP Bidang Studi Bahasa Indonesia SLTP.
Jakarta.
Ø Hidayat,
Drs. Kosadi, M.Pd. & Dra. Iim Rahmina. (1991). Perencanaan Pengajaran
Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta\
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda