Kamis, 27 November 2014

tujuan pembelajaran khusus


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
 Dalam pembelajaran perlu ada tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pembelajaran khusus termasuk langkah yang menjadi pengarah dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebagai pengarah dalam penggambaran tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap khusus yang harus dimiliki warga belajar seletah menyelesaikan suatu program pembelajaran. Dengan dasar alasan di atas, tujuan pembelajaran khsusus sebagai pengarah, maka perencana pembelajaran berkewajiban memiliki keterampilan merencanakan karakteristik tujuan tersebut dengan tepat. Berdasarkan hasil pengamatan, masih ada rumusan tujuan pembelajaran khusus yang disusun perencana pengajaran yang belum memenuhi karakteristik. Dalam rumusannya, komponen dan kriteria tujuan pembelajaran khusus dilalaikan. Kelalian itu berdampak terhadap esensial tujuan yang ingin dicapai. Apabila demikian keadaannya, maka fungsi tujuan pembelajaran khusus sebagai pengarah akan pudar. Calon guru/pengajar dipandang perlu memiliki keterampilan mengenai penulisan tujuan pembelajaran, terlebih-lebih terampil melaksanakan tujuan pembelajaran khusus yang telah disusunnya.

B.     Rumusan masalah
Rumusan masalah terhadap makalah ini yakni :
1.      Apa pengertian dari tujuan pembelajaran khusus ?
2.      Apa contoh dari tujuan pemberlajaran khusus ?
3.      Apa yang menjadi tujuan pembelajaran khusus ?
4.      Bagaimana cara mengaplikasikan tujuan pembelajaran khusus ?

C.     Tujuan penulisan makalah
Adapun yang menjadi  tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.       Agar mahasiswa dapat mengerti tujuan pembelajaran khusus
b.      Agar mahasiswa dapat mengerti contoh tujuan pembelajaran khusus
c.       Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan tujuan pembelajaran khusus.


BAB II
PEMBAHASAN

1.1.   Pengertian tujuan pembelajaran khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) menurut pandangan GBPP Kurikulum 1994 diistilahkan dengan tujuan pembelajaran khusus, menurut pandangan kurrikulum KBK diistilahkan indikator. Kata instruksional dipadankan dengan kata pembelajaran. Padanan tersebut tidak mengurangi pengertian yang dikandungnya. Tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus, indikator) ialah tujuan yang berisikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki warga belajar setelah mengikuti suatu pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional ialah tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa secara nasional, sesuai dengan rumusan tujuan yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 "mencedarkan kehidupan bangsa" dan dituangkan dalam GBHN.Tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus) muncul dengan upaya perencana pembelajaran/guru/ pengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan instruksional khusus perubahan pembelajaran tidak ada dalam GBPP Rumusan tujuan instruksional khusus dirumuskan sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan instruksional khusus adalah tujuan yang memberikan kriteria tentang:
1) kemajuan belajar warga belajar secara pasti.
2) gambaran kemampuan/keterampilan yang diharapkan.
3) mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektivitas pengajaran.
4) petunjuk penentuan materi dan teknik pembelajaran.
5) petunjuk bagi warga belajar untuk mempelajari bahan yang akan diujikan.
Dengan demikian, tujuan instruksional khusus merupakan petunjuk yang jelas untuk menentukan materi pembelajaran, sumber, alat/media, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.





1.2.   Karakteristik tujuan pembelajaran khusus
Karakteristik yang dimiliki tujuan instruksional khusus tergambar pada komponen dan kriteria yang dimilikinya. Komponen dan kriteria itu dijelaskan di bawah ini.
a.      Komponen
Komponen (bagian-bagian) yang membangun sebuah tujuan instruksional khusus terdiri atas empat komponen. Komponen yang dimaksud ialah ABCD. ABCD singkatan dari Audience, Behavior, Condition dan Degree.
1.      Audience
Audience, yaitu siswa (warga belajar, peserta didik) yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dirumuskan dalam TPK/TIK (Tujuan Pembelajaran Khusus/Tujuan Instruksional Khusus/ Indikator).Warga belajar berkedudukan sebagai pelaku, yang harus melaksanakan kata kerja operasional yang ditulis dalam tujuan instruksional khusus. Baik kata kerja operasional yang tercakup ke dalam kawasan pengetahuan, kata kerja operasional yang termasuk ke dalam lingkup keterampilan, maupun kata kerja yang termasuk ke dalam bidang sikap. Audience ketika melakukan kata kerja operasional bisa secara indivual, bisa juga secara kelompok. Hal ini tergantung kepada penentu sebuah rumusan tujuan bahan yang dijarkan.
Contoh audience:
- Siswa kelas I SMP
 - Peserta penataran
- Peserta penyuluhan.
2.      Behavior
Behavior, yaitu tingkah laku atau kegiatan warga belajar (siswa, peserta didik). Tingkah laku yang diharapkan dapat dikerjakan oleh warga belajar setelah berakhir program pengajaran tertentu. Tingkah laku (behavior) dalam tujuan instruksional khsusus dinyatakan dengan kata kerja operasional, yang menunjukkan ting tingkah laku yang dapat diamati atau dapat diukur. Kegiatan kata kerja operasional dalam keterampilan berbicara bisa dilaksanakan secara individual dan secara kelompok.
Kegiatan secara individual, seperti memperkenalkan diri, menjelaskan cara membuat sesuatu, mengemukakan fakta, melaporkan isi bacaan, mengemukakan komentar, menceriterakan sesuatu, dan berceritera berantai. Kegiatan secara kelompok, seperti mengadakan latihan wawancara (kelompok), mengadakan latihan dialog, melakukan diskusi, dan mengadakan latihan pemeranan/penokohan.
Contoh behavior :
- dapat menyebutkan dua contoh kata benda
- dapat menuliskan satu definisi kalimat majemuk
- dapat menerangkan komponen TIK/TPK.
3.      Condition
 Condition, yaitu keadaan yang berupa syarat, kondisi yang harus dipenuhi pada saat tingkah laku (kata kerja) dilakukan warga belajar ketika perbuatan tersebut dievaluasi.
Syarat yang menjadi kondisi itu seperti
=> ketentuan:        - dengan menggunakan kamus
                   - dengan menggunakan peta
=> larangan:           -tidak bekerja sama
                   - tidak membuka buku/catatan
=> kebolehan/izin: - sambil mendengarkan radio kaset
       - sambil menggunakan naskah.
 Syarat seperti di atas sering diabaikan oleh pembuat TIK/TPK yang tidak memperhatikan komponen kondisi. Hal ini membingungkan para pengawas, atau memberi peluang kepada penjawab soal evaluasi, seperti bolehkah membuka buku/catatan, bolehkah bekerja sama, boleh menggunakan kamus, dsb. Kebingungan tersebut terjadi karena perencana TIK/TPK tidak menggunakan komponen kondisi.
Contoh condition:
- tanpa melihat buku atau catatan.
- tidak bekerja sama
- tidak diberi tahu teman.


4.      Degree
 Degree, yaitu tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi, standar atau ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah mencapai tujuan khusus. Mencapai tujuan berarti melakukan kata kerja operasional dengan benar. Ada kemungkinan perumus TIK/TPK ada agak segan merumuskan sampai dengan condition dan degree. Padahal condition dan degree akan memberikan penjelasan yang berarti dan akan memberikan informasi lebih baik mengenai tujuan yang hendak dicapai.
Contoh degree:
- dengan tanpa membuat kesalahan
- dengan benar
- dengan tidak salah.
b.      Kriteria
Kriteria berarti ukuran yang menjadi dasar penetap-an sesuatu. Dalam hal ini ukuran petepan tujuan instruksional khusus yang baik. Kriteria TIK/TPK ada empat, yaitu menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan mengandung satu jenis tingkah laku.
1.      Istilah yang operasional
Tujuan pembelajaran khusus harus menggunakan istilah yang operasional, yakti kata kerja yang dapat diukur, dapat diobservasi perlakuannya.
Contoh: Kata menyebutkan dapat diukur dan dapat diobservasi. Dapat dibandingkan  dengan kata menghayati Kata menuliskan dua contoh dapat diukur dan dapat diobservasi. Bandingkan dengan kata memahami. Kata mendefinisikan dapat diukur dan dapat diobservasi. Bandingkan dengan kata memahami.
2.      Hasil belajar
Tujuan pembelajaran khusus harus merumuskan sesuatu yang diajarkan. TIK/TPK tidak mengukur hal yang dipelajari perumus, tetapi mengukur hal yang dipelajari warga belajar. Oleh karena itu, yang dirumuskan dalam TIK/TPK adalah hasil belajar.

3.      Tingkah laku
Tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan harus berbentuk tingkah laku yakni Tingkah laku yang dapat diamati dan Tingkah laku yang dapat diukur.
4.      Satu jenis tingkah Laku
Tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan harus satu jenis tingkah laku, tidak boleh dua tingkah laku yang berbeda. Kalau menggunakan kata yang berbentuk tingkah laku menyebutkan, maka jangan diikuti dengan kata yang berbentuk tingkah laku lain menuliskan. Apabila menghendaki dua jenis tingkah laku, maka rumuskan dalam dua Tujuan pembelajaran khusus.
1.3.   Syarat – syarat tujuan pembelajaran khusus
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional / pembelajaran Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional / pembelajaran Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional/pembelajaran Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut.
a.      Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar.
Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran.
b.      Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif.
artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus adalah dapat menjelaskan,  memberi contoh dan dapat menggunakan.



c.       Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa.
d.      Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.
1.4.   Ranah kognisi
Tujuan pembelajaran secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga ranah (bagian perilaku manusia), yakni ranah kognisi (pengetahuan), ranah afeksi (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Masing-masing ramah memiliki pembagian. Ranah afeksi (sikap) mencakup RRVOC, yakni Receiving (kemauan menerima), Responding (kemauan menanggapi), Valuing (berkeyakinan), Organization (penerapan karya), dan Characterization by a value or value complex (ketelitian/ ketekunan). Ranah psikomotor (keterampilan) meliputi PSGMCAO, yakni perception (persepsi), set (kesiagaan), guided response (respons terarah), mechanism (mekanisme), complex overt response (respon nyata yang kompleks), adaptation (adaptasi), dan organizing (penciptaan yang baru).
Ranah kognisi (pengetahuan) membawahi RCAASE, yakni Ricall (ingatan), Comprehention (pemahaman), Application (penerapan), Analysis (analisis), Synthesis (sintesis), dan Evaluation (evaluasi).
1.5.   Kata kerja operasional
Setiap bagian ranah memiliki beberapa kata kerja operasional. Kata kerja operasional itu digunakan dalam perumusan tujuan instruksional khusus. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, rahan yang biasa digunakan ialah ranah kognisi. Ranah psikomotor jarang (bahkan tidak) digunakan. Hal ini didasari pertimbangan bahwa ada bagian ranah kognisi yang dapat mewakili ranah psikomotor. Begitu pula ranah afektif jarang (bahkan tidak) digunakan secara khusus. Dengan pertimbangan pengukurannya tidak mudah.

Kata kerja operasional yang lazim digunakan dalam setiap kawasan kognisi ditulis di bawah ini.
a.       Recall (C-1) atau ingatan, di antaranya:
·         Mendefinisikan.
·         Menyebutkan.
·         Menuliskan.
·         Mengidentifikasi.
·         memberi nama.
·         Mencocokkan.
·         Menamakan.
·          membuat garis besar .
·         Menyatakan.
·         Memilih.
b.      Comprehention (C-2) atau pemahaman, di antaranya:
Ø  Mengubah.
Ø  Mempertahankan.
Ø  Membedakan.
Ø  Memperkirakan.
Ø  Menjelaskan.
Ø  menyatakan secara luas.
Ø  menarik kesimpulan umum.
Ø  menuliskan dengan kata-kata sendiri.
Ø   Meramalkan.
Ø   Menyimpulkan.
c.       Application (C-3) atau penerapan, di antaranya:
ü  Menggunakan.
ü  Menghitung.
ü  Mendemonstrasikan.
ü  Menemukan.
ü  Mengerjakan dengan teliti.
ü  Membuat modifikasi.
ü   Menjalankan
ü   Meramalkan
ü   Menyediakan
ü  Menghasilkan
ü   Menghubungkan
ü  Menunjukkan
ü  Memecahkan


d.      Analysis (C-4) atau analisis, di antaranya:
Ø  Menguraikan.
Ø  Merinci.
Ø  Memecahkan.
Ø  Membuat diagram.
Ø  Membeda-bedakan.
Ø  Memisah-misahkan
Ø  Membedakan.
Ø  Menggambarkan
Ø   Menarik kesimpulan
Ø   Menunjuk
Ø   Menghubungkan
Ø   Memisahkan
Ø   Menyusun.
e.       Synthesis (C-5) atau sintesis, di antaranya:
Ø  Menyimpulkan.
Ø  Menggolong-golongkan.
Ø  Menggabungkan
Ø  Menghimpun
Ø  Mencipta
Ø  Mencipta rencana
Ø  Merancang.
Ø  Menjelaskan
Ø  Membangkitkan
Ø  Mengorganisir
Ø   Merencanakan
Ø  Merevisi
Ø  Menulis kembali
Ø  Menyatakan.



f.       Evaluation (C-6) atau evaluasi, di antaranya:
Ø  Menilai.
Ø  Memperbandingkan.
Ø  Menyimpulkan.
Ø  Mempertentangkan.
Ø  Mengkritik.
Ø  Melukiskan.
Ø  Membeda-bedakan.
Ø  Menjelaskan.
Ø  Mempertimbangkan kebenaran.
Ø   Menghubungkan.
Ø  Menyokong.
1.6.   Contoh penerapan tujuan pembelajaran khusus
Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli. Dari TPK ini komponen  dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition.
Berikut diberikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : XI/2
Kompetensi dasar : Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok : Fluida

Indikator pencapaian hasil belajar :
1. Memformulasikan hukum dasar fluida statik
2. Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari
3. Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik
4. Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari


Kemudian indikator-indikator dirinci kembali menjadi TPK-TPK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran.
Contoh TPK yang dapat dibuat berdasarkan empat indikator di atas, yaitu:
Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa kelas XI SMA akan dapat :

1. Menyebutkan minimal 2 hukum dasar Fluida statik
2. Menjelaskan hukum utama hidrostatika dengan benar.
3. Menjelaskan tekanan hidrostatika dengan benar
4. Menjelaskan hukum Pascal dengan benar
5. Memberikan minimal 2 contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari
6. Menjelaskan hokum Archemedes dengan benar
7. Memberikan minimal 2 contoh hukum Archemedes dalam kehidupan sehari-hari
8. Menjelaskan masalah benda mengapung, melayang dan tenggelam.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tujuan instruksional khusus termasuk langkah yang menjadi pengarah dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan instruksional sebagai pengarah dalam penggambaran tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap khusus yang harus dimiliki warga belajar seletah menyelesaikan suatu program pembelajaran. Calon guru/guru/pengajar dipandang perlu memiliki keterampilan mengenai penulisan tujuan instruksional, terlebih-lebih terampil melaksanakan tujuan instruksional khusus yang telah disusunnya. Tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus) ialah tujuan yang berisikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki warga belajar setelah mengikuti suatu pembelajaran.
Karakteristik yang dimiliki tujuan instruksional khusus tergambar pada komponen dan kriteria yang dimilikinya. Komponen (bagian-bagian) yang membangun sebuah tujuan instruksional khusus terdiri atas empat komponen. Komponen yang dimaksud ialah ABCD. ABCD singkatan dari Audience, Behavior, Condition dan Degree. Kriteria TIK/TPK ada empat, yaitu menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan mengandung satu jenis tingkah laku. Tujuan pembelajaran secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga ranah (bagian perilaku manusia), yakni ranah kognisi (pengetahuan), ranah afeksi (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan).
Masing-masing ramah memiliki pembagian. Ranah afeksi (sikap) mencakup RRVOC, yakni Receiving (kemauan menerima), Responding (kemauan menanggapi), Valuing (berkeyakinan), Organization (penerapan karya), dan Characterization by a value or value complex (ketelitian/ ketekunan). Ranah psikomotor (keterampilan) meliputi PSGMCAO, yakni perception (persepsi), set (kesiagaan), guided response (respons terarah), mechanism (mekanisme), complex overt response (respon nyata yang kompleks), adaptation (adaptasi), dan organizing (penciptaan yang baru). Ranah kognisi (pengetahuan) membawahi RCAASE, yakni Recall (ingatan), Comprehention (pemahaman), Application (penerapan), Analysis (analisis), Synthesis (sintesis), dan Evaluation (evaluasi). Setiap bagian ranah memiliki beberapa kata kerja operasional. Kata kerja operasional itu digunakan dalam perumusan tujuan instruksional khusus.

Daftar pustaka

Ø  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum: GBPP  Bidang Studi Bahasa Indonesia SLTP. Jakarta.
Ø  Hidayat, Drs. Kosadi, M.Pd. & Dra. Iim Rahmina. (1991). Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta\

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda